Senin, 11 April 2011

Ahh...andai saja aku menyadari ini dari dulu.....



Pada suatu tempat, hiduplah seorang anak. Dia hidup dalam keluarga yang bahagia, dengan orang tua dan sanak keluarganya. Tetapi, dia selalu menganggap itu sesuatu yang wajar saja. Dia terus bermain, mengganggu adik dan kakaknya, membuat masalah bagi orang lain adalah kesukaannya. Ketika ia menyadari kesalahannya dan mau minta maaf, dia selalu berkata, "Tidak apa-apa, besok kan bisa."

Ketika agak besar, sekolah sangat menyenangkan baginya. Dia belajar, mendapat teman, dan sangat bahagia. Tetapi, dia anggap itu wajar-wajar aja. Semua begitu saja dijalaninya sehingga dia anggap semua sudah sewajarnya. Suatu hari, dia berkelahi dengan teman baiknya. Walaupun dia tahu itu salah, tapi tidak pernah mengambil inisiatif untuk minta maaf dan berbaikan dengan teman baiknya. Alasannya, "Tidak apa-apa, besok kan bisa."

Ketika dia agak besar, teman baiknya tadi bukanlah temannya lagi. Walaupun dia masih sering melihat temannya itu, tapi mereka tidak pernah saling tegur. Tapi itu bukanlah masalah, karena dia masih punya banyak teman baik yang lain. Dia dan teman-temannya melakukan segala sesuatu bersama-sama, main, kerjakan PR, dan jalan-jalan. Ya, mereka semua teman-temannya yang paling baik.

Setelah lulus, kerja membuatnya sibuk. Dia ketemu seorang cewek yang sangat cantik dan baik. Cewek ini kemudian menjadi pacarnya. Dia begitu sibuk dengan kerjanya, karena dia ingin dipromosikan ke posisi paling tinggi dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Tentu, dia rindu untuk bertemu teman-temannya. Tapi dia tidak pernah lagi menghubungi mereka, bahkan lewat telepon. Dia selalu berkata, "Ah, aku capek, besok saja aku hubungin mereka." Ini tidak terlalu mengganggu dia karena dia punya teman-teman sekerja selalu mau diajak keluar.Jadi, waktu pun berlalu, dia lupa sama sekali untuk
menelepon teman-temannya.

Setelah dia menikah dan punya anak, dia bekerja lebih keras agar dalam membahagiakan keluarganya. Dia tidak pernah lagi membeli bunga untuk istrinya, atau pun mengingat hari ulang tahun istrinya dan juga hari pernikahan mereka. Itu tidak masalah baginya, karena istrinya selalu mengerti dia, dan tidak pernah menyalahkannya.

Tentu, kadang-kadang dia merasa bersalah dan sangat ingin punya kesempatan untuk mengatakan pada istrinya "Aku cinta kamu", tapi dia tidak pernah melakukannya. Alasannya, "Tidak apa-apa, saya pasti besok akan mengatakannya." Dia tidak pernah sempat datang ke pesta ulang tahun anak-anaknya, tapi dia tidak tahu ini akan berpengaruh pada anak-anaknya. Anak-anak mulai menjauhinya, dan tidak pernah benar-benar menghabiskan waktu mereka dengan ayahnya.

Suatu hari, kemalangan datang ketika istrinya tewas dalam kecelakaan, istrinya ditabrak lari. Ketika kejadian itu terjadi, dia sedang ada rapat. Dia tidak sadar bahwa itu kecelakaan yang fatal, dia baru datang saat istrinya akan dijemput maut. Sebelum sempat berkata "Aku cinta kamu", istrinya telah meninggal dunia. Laki-laki itu remuk hatinya dan mencoba menghibur diri melalui anak-anaknya setelah kematian istrinya. Tapi, dia baru sadar bahwa anak anaknya tidak pernah mau berkomunikasi dengannya. Segera, anak-anaknya dewasa dan membangun keluarganya masing-masing. Tidak ada yang peduli dengan orang tua ini, yang di masa lalunya tidak pernah meluangkan waktunya untuk mereka.

Saat mulai renta, Dia pindah ke rumah jompo yang terbaik, yang menyediakan pelayanan sangat baik. Dia menggunakan uang yang semula disimpannya untuk perayaan ulang tahun pernikahan ke 50, 60, dan 70. Semula uang itu akan dipakainya untuk pergi ke Hawaii, New Zealand,dan negara-negara lain bersama istrinya, tapi kini dipakainya untuk membayar biaya tinggal di rumah jompo tersebut. Sejak itu sampai dia meninggal, hanya ada orang-orang tua dan suster yang merawatnya. Dia kini merasa sangat kesepian, perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Saat dia mau meninggal, dia memanggil seorang suster dan berkata kepadanya, "Ah, andai saja aku menyadari ini dari dulu...." Kemudian perlahan ia menghembuskan napas terakhir, Dia meninggal dunia dengan airmata di pipinya.


Apa yang saya ingin coba katakan pada anda, waktu itu nggak pernah berhenti. Anda terus maju dan maju, sebelum benar-benar menyadari, anda ternyata telah maju terlalu jauh.

Jika kamu pernah bertengkar, segera berbaikkanlah!
Jika kamu merasa ingin mendengar suara teman kamu, jangan ragu-ragu untuk meneleponnya segera.

Terakhir, tapi ini yang paling penting, jika kamu merasa kamu ingin bilang sama seseorang bahwa kamu sayang dan cinta dia, jangan tunggu sampai terlambat. Jika kamu terus pikir bahwa kamu lain hari baru akan memberitahu dia, hari ini tidak pernah akan datang.

Jika kamu selalu pikir bahwa besok akan datang, maka "besok" akan pergi begitu cepatnya hingga kamu baru sadar bahwa waktu telah meninggalkanmu.

Jangan tunda kirim email ini ke sahabat-sahabat anda..... Atau.... masih ada hari esok.......

=================================================
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi, Idea Press, Yogyakarta. pp. 134-137. ISBN 978-6028-686-402.

……………………………………………………………………………………………….…

Never put off till tomorrow what you can do today. Thomas Jefferson (American 3rd US President (1801-09). Author of the Declaration of Independence. 1762-1826)

  • Don't procrastinate. Jangan menunda-nunda.
  • Do not delay. Jangan ditunda-tunda.
  • 不要拖延。Bùyào tuōyán.
  • 決不拖延到明天,你今天能做什麼。Jué bù tuōyán dào míngtiān, nǐ jīntiān néng zuò shénme.
  • le bien que tu peus faire au matin, n'attens pas le soir ne l'endemain. (Ménagier, I, 9)
do not wait for the evening or the next day (to do) the good which you can do in the morning.
  • the goodnesse that thou mayst do this day, do it, and abide nat ne delaye it nat til to-morwe. [c 1386 Chaucer Tale of Melibee l. 1793]
  • Deferre not vntill to morrow, if thou canst do it to day. [1616 T. Draxe Adages 42]
  • It shall never be said of me that I will defer till to-morrow what I can do to-day. [1633 J. Howell Familiar Letters 5 Sept. (1903) II. 140]
  • never put off til to-morrow what you can do to-day. [1749 Chesterfield Letter 26 Dec. (1932) IV. 1478]
  • Never do to-day what you can put off till tomorrow. [1869 C. H. Spurgeon John Ploughman's Talk vii.]
  • Never do today what you can possibly put off until tomorrow. [1980 J. Lees-milne Harold Nicolson xv.]
  • Never put off till tomorrow what you can put off till next weekend! [2002 Washington Post 16 Feb. C13 (Born Loser comic strip)]


Jangan Ditunda Tunda - Bimbo

Berbuat baik janganlah ditunda – tunda
Berbuat baik janganlah ditunda – tunda
Memblanjai anak yatim menafkahi anak yatim
Menyantuni fakir miskin melindungi fakir miskin
Sembahyang fardu janganlah ditunda – tunda
Sembahyang fardu janganlah ditunda – tunda
Mulai subuh sampai dzuhur dari dzuhur sampai ashar
Dari ashar sampai maghrib dari maghrib sampai isya

(instrumentalia)

Beramal shaleh janganlah ditunda – tunda
Beramal shaleh janganlah ditunda – tunda
Mencari rizki yang halal mencari nafkah yang halal
Beramar makruf janganlah ditunda – tunda
Beramar makruf janganlah ditunda – tunda
Menghapus kemusrikan menghapus kemusrikan
Menyampaikan kebenaran menyampaikan kebenaran

 

Jangan Menunda Perbuatan Baik

Oleh Hendro Darpito

Sungguh manusiawi jika setiap orang lebih mementingkan dirinya sendiri, hal tersebut sangat sering muncul terutama jika kita dihadapkan pada dua pilihan antara kepentingan urusan kita dengan kepentingan orang lain, namun pengalaman sudah sering membuktikan bahwa perbuatan baik yang diiringi dengan sifat kasih dan keikhlasan juga akan berbuah kebaikan yang dibalas secara langsung, maupun ditangguhkan. Berikut adalah kisah pribadi yang mungkin bisa menjadi nasihat untuk kita semua.


Kejadian di Jakarta sekitar bulan September tahun 2010 Pukul 21.00 di dalam bus Damri jurusan Kampung Rambutan sepulang dari bandara Soekarno Hatta, saya duduk bersebelahan dengan seorang bapak (maaf saya lupa namanya) umur sekitar 60-an, beliau pensiunan PT. Pelindo. Dalam perjalanan kami asyik mengobrol mulai A sampai Z, sampai akhirnya kita sudah hampir keluar tol dekat persimpangan Garuda TMII, terjadilah Dialog (kira2 seperti ini redaksinya)
Bapak: “Wah keluarnya di Garuda ya, tahu begini menantu saya jemput di sini saja ya, kan lebih gampang karena dekat tol”
Saya: “Oh iya pak lebih enak, tapi memangnya menantu bapak mau jemput di mana?”
Bapak: “mau jemput di Kampung Rambutan” saya mau telepon dia tapi HP saya mati, ya sudahlah ga papa, di Kampung Rambutan juga ga papa”
Saya: (bingung, kalo meminjamkan HP saya Bapak ini tidak tahu nomornya, jadi harus tuker SIM Card, dan mau ga mau saya harus ikut bapak ini turun, karena proses tukar SIM Card juga ga sebentar dan kebetulan sudah hampir sampai Garuda padahal tujuan saya ke Pasar Induk barang bawaan juga ga sedikit repot dah..!! lagipula kata beliau ga papa kok dijemput di rambutan)... "Hmmm Ya sudah Pak sini Handphone Bapak kita tukeran aja SIM Cardnya”
Bapak: “Lho ga merepotkan mas?”
Saya: “ga Papa Pak mumpung masih deket Garuda, biar Bapak bisa cepet sampai rumah”
Langsung saya proses tukar SIM Cardnya, dan si Bapak langsung telepon menantunya... namun ketika masih bicara dengan menantunya bis sudah sampai di Persimpangan Garuda, beliau harus turun karena sudah terlanjur menginstruksikan menantunya untuk menjemput di Garuda, sedangkan SIM Card beliau masih “nempel” di Handphone saya, yah mau ga mau memang harus turun untuk proses tukar SIM Cardnya, dengan sedikit berat hati saya mengambil barang2 saya dan ikut menemani Bapak untuk turun, namun betapa terkejutnya saya ternyata salah satu tas saya yang berisi dokumen dan barang berharga lainnya tidak ada di kotak penyimpanan tas (Bus Damri menyediakan tempat berupa pagar besi melingkar segi empat khusus untuk meletakkan barang bawaan dan letaknya di dekat pintu depan), saya hanya bisa meringis kebingungan lalu kenek bis yang melihat saya kebingungan bertanya “Tasnya yang mana mas?” saya jawab “warna hitam mas tas gemblok”,,, Kenek: “ oh coba kejar bapak itu (sambil menunjuk ke salah seorang laki2 yang sudah berjalan agak jauh) dia bawa dua tas warna hitam”... Langsung saya kejar dan saya perhatikan tas bawaan bapak itu, ternyata betul itu tas saya... Alhamdulillah, Bapak itu langsung meminta maaf sambil kebingungan ternyata beliau salah ambil tas, kemudian dia langsung naik lagi ke dalam bis dan mengambil tas yang seharusnya (memang kondisi waktu itu agak gelap jadi wajar beliau salah ambil tas).
Setelah kejadian itu Bapak yang duduk dengan saya tadi berucap, “Untung mas pinjamkan Handphonenya ke saya, coba kalau tidak bisa hilang itu tas”... Terdiam saya sejenak dan memikirkan apa yang terjadi, betul kata beliau bagaimana kalau tadi saya tidak memperdulikan keluhan beliau, tidak menawarkan bantuan dan tidak ikut turun bersama beliau, memang saya akan tiba di rumah dengan labih cepat tetapi tanpa salah satu tas saya... ck..ck..ck saya menarik nafas dalam2 dan tersenyum kepada Bapak itu seraya berucap “Terima Kasih Pak saya jadi ga kehilangan tas”, si Bapak pun menjawab “iya sama-sama, perbuatan baik apapun pasti dibalas mas..iya kan?”.. Saya: He3x...
Akhirnya saya pun pamit untuk naik mikrolet menuju My Home Sweet Home... dalam perjalanan pulang saya terus merenung memikirkan apa yang baru saja saya alami... Andai saja saya agak cuek waktu itu, padahal jika Bapak itu tidak dibantu toh dia tetap dijemput, dia tetap bisa pulang... Andai saja saya mementingkan diri saya untuk sampai di tujuan dengan lebih cepat ceritanya akan benar2 lain... Terima kasih ya Allah perbuatan baik yang tidak seberapa itu menjadi teguran yang sangat mengena untuk tidak lagi menunda perbuatan baik.
Kesimpulan:
1. Jangan menunda untuk berbuat baik, sekecil apapun itu;
2. Turunkan sedikit ego kita ketika menghadapi dua pilihan yang terdapat kepentingan orang lain di dalamnya;
3. Jangan berharap balasan dari pihak yang kita tolong karena Allah lebih mengetahui kapan dan dengan cara bagaimana harus dibalas;
4. Kita harus Peka ^_^
Oh iya satu lagi selalu perhatikan barang bawaan walaupun sudah disediakan tempat penyimpanan
Sekian Dulu, Terima kasih sudah mau membaca
http://www.eramuslim.com/oase-iman/hendro-darpito-jangan-menunda-perbuatan-baik.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar